HUT DKI Jakarta ke-494 Jakarta Bangkit
Peristiwa sejarah merupakan alasan dibalik
penetapan tanggal 22 Juni sebagai hari ulang tahun Kota Jakarta. Lebih dari 400
tahun lalu, tepatnya pada 1527, pasukan Demak-Cirebon yang dipimpin oleh
Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Jakarta, yang saat itu masih bernama
Sunda Kelapa. Pasca kemenangan pasukan Fatahillah, nama Sunda Kelapa kemudian
diganti menjadi Jayakarta. Dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta, kata "Jayakarta" sendiri diilhami dari Surat
Al Fath ayat 1, tentang yang berbunyi "Sesungguhnya Kami telah memberi
kemenangan padamu, kemenangan yang tegas." Kalimat "kemenangan yang
tegas" itu kemudian dialih bahasakan menjadi "Jayakarta." Sejak
jatuh ke tangan Fatahillah, corak kehidupan masyarakat Jayakarta didominasi
oleh kebudayaan Islam.
Sayangnya, peperangan antar kubu Islam dan
penganut Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal terus berlangsung kala itu.
Pendapat lainnya, yang dicetuskan oleh Ridwan Saidi, tokoh sekaligus budayawan
Betawi menyebutkan bahwa kata "Jayakarta" bukan dicetuskan oleh
Fatahillah. "Nama Jayakarta sudah ada sejak lama. Ada desa di Karawang
yang namanya Jayakerta yang merupakan wilayah budaya Betawi. Itu sudah ada
sejak zaman Siliwangi," kata Ridwan dalam diskusi "Kontroversi HUT
Jakarta" 2011 silam. Pendapat yang sama turut tertuang dalam buku Profil
Orang Betawi: Asal-Muasal, Kebudayaan, dan Adat-Istiadatnya yang meragukan
klaim pencetusan nama Jayakarta untuk menggantikan Sunda Kelapa. Menurut
Ridwan, Jayakarta adalah tempat pengasingan salah satu istri Prabu Siliwangi
atau Sri Baduga Maharaja yang memimpin Kerajaan Sunda Galuh pada 1482-1521. Di
pengasingan itu, istri sang prabu kehilangan bayi laki-lakinya tak lama setelah
dilahirkan. Sehingga, demi memperingati kematian sang bayi, istri Prabu
Siliwangi menamakan wilayah tersebut sebagai Jayakerta yang artinya
"kemenangan yang jaya." Kemudian, di tahun 1619, pasukan kolonial
masuk Jayakarta dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen.
Dibawah kepemimpinan Belanda, pada 30 Mei 1619
nama Jayakarta dubah menjadi Batavia. Setelah kekuasaan Belanda berakhir dan
berganti dengan penjajahan Jepang pada 1942, nama Batavia dihanguskan dan
diubah kembali menjadi Jakarta. Hari ulang tahun Jakarta sendiri mulai
ditetapkan oleh pemerintah pada 1953-1958 di bawah kepemimpinan Wali Kota
Jakarta, Sudiro. Penetapannya dipertimbangkan dari naskah yang berjudul
"Dari Jayakarta ke Jakarta" oleh Mohammad Yamin, Dr. Sukanto, dan
Sudarjo Tjokrosiswoyo.
Di ulang tahunnya yang ke-494 ini, Ibu Kota
Jakarta mengangkat tema "Jakarta Bangkit." Menurut Gubernur Provinsi
DKI Jakarta, Anies Baswedan, tema tersebut mengangkat pesan semangat,
optimisme, serta harapan kebangkitan Jakarta yang lebih baik daripada masa
sebelum Pandemi. "Tahun lalu, kita dalam masa ujian dan tantangan yang
relatif baru, karena baru kali ini kita berhadapan dengan wabah, jadi tahun
kemarin kita ambil tema tangguh, kita tengok ke belakang bahwa tahun kemarin
semua kegiatan landai baik ekonomi, sosial dan budaya, sehingga kalau
diilustrasikan kurvanya menurun," kata Anies seperti yang dilansir dari
Antara, Senin (21/6/2021). Selain jargon, ulang tahun Jakarta tahun ini turut
dilengkapi dengan logo yang menggambarkan harapan dan mimpi masyarakat Jakarta
untuk bangkit.
https://tirto.id/sejarah-hut-dki-jakarta-tema-perayaan-ulang-tahun-jakarta-2021-gg5A
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini