Pekan
lalu, bertepatan dengan diselenggarakannya Hari Raya Idhul Fitri 1440 H seluruh
manusia di dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup. Seperti yang kita ketahui,
setiap tahunnya 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup sedunia.
Peringatan tersebut menjadi peringatan dalam arti yang sesungguhnya kepada kita
sebagai manusia. Masalah krisis beretika dan bermoral terhadap lingkungan hidup
semakin menjadi sebuah keprihatinan dan ketidakwajaran. Manusia bukan
satu-satunya makhluk hidup yang ada di dunia, sebab Tuhan menciptakan manusia
sejajar dengan makhluk hidup lainnya yaitu; hewan dan tumbuhan. Manusia semakin
kejam memperlakukan alam, Uji Amdal yang seharusnya menjadi tolak ukur kelayakan
suatu proyek terhadap lingkungan sering kali diselewengkan oleh para pelaku
bisnis demi kepentingan pribadi. Hasilnya, alam semakin rusak karena menjadi
sasaran ketidak bertanggungjawaban orang-orang yang tidak memiliki etika dan
moral. Bahkan seperti tidak cukup itu saja mirisnya penembakan terhadap satwa
liar kian memarak. Pembunuhan terhadap hewan dibenarkan dengan suatu alasan.
Etika pemeliharaan dan pelestarian semakin rusak.
Lewat pencerdasan dan pengedukasian seharusnya manusia bisa meneruskannya
dengan melakukan internalisasi terhadap diri atas pentingnya pelestarian dan
pemeliharaan lingkungan hidup. Etika pelestarian dan pemeliharaan seharusnya
menjadi bagian dari way of life. Justru
kini rasa kepedulian manusia terkalahkan oleh keserakahan mereka, konservasi yang
digembor-gemborkan dipertanyakan, apakah manusia benar-benar memiliki etika dan
kepeduliaan terhadap lingkungan atau hanya sekedar sebuah pencitraan untuk
sebuah kepentingan. Pada akhirnya, entah itu pembunuhan terhadap hewan ataupun perusakan
terhadap alam, hal tersebut tetap bagian dari sebuah kejahatan. Mari kita
memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia ini dimulai dari memperingati etika
diri sendiri.
-Aurelia Bianda-
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini