Dalam
perkembangan sebuah bangsa, adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Sebab pada dasarnya tak ada negara
manapun di dunia ini yang tidak memiliki sistem pendidikan jika ingin negaranya
mampu bersaing dengan negara lainnya. Pada kesempatan yang tak jarang juga,
seringkali pendidikan menjadi tolok ukur bagaimana negara tersebut berhasil
atau tidak. Hal inilah yang seringkali kita renungi sebagai salah satu hal yang
wajib digeluti.
Eksistensi
pendidikan tidak dapat kita elak lagi. Pada hakikatnya manusia hidup adalah
insan yang berilmu. Dan berilmu itu dicapai dengan baik ketika melalui sebuah
proses yang baik. Ketika proses pendidikan tak dilalui dengan baik, maka jangan
harap hasil pendidikan pada nantinya akan baik. Bahkan jika kita ingin
berbicara mengenai peradaban, maka pendidikan selalu menjadi hal yang harus
dikedepankan.
Dalam
agama manapun, menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban. Hal ini karena manusia
adalah makhluk yang sempurna dengan adanya akal yang tidak dimilki oleh makhluk
lainnya. Satu-satunya proses dalam mencapai ilmu tersebut ialah dengan sistem
pendidikan yang seimbang antara guru dan murid, antara pemberi ilmu dengan
penerima ilmu. Bahkan dalam agama, kemuliaan seseorang yang mengenyam
pendidikan ialah diberikan derajat yang tinggi dalam kedudukan Tuhan.
Sebenarnya
pendidikan bukanlah hal yang salah. Justru sebaliknya, pendidikan merupakan
kunci seseorang untuk menuju insan yang sejati. Namun pada faktanya, ada masalah
yang terjadi di sekitar kita, atau bahkan mungkin dari dalam diri kita sendiri
yang menyalahi aturan serta etika yang ada. Niat yang salah ialah menjadi
problematika yang ada dari segala masalah yang ada. Tak sedikit dari kita
menganggap bahwa mengenyam pendidikan hanyalah untuk pintar semata. Jika yang
dicari hanya kepintaran, nyatanya Iblis lebih pintar dari manusia. Kita
tentunya masih ingat kisah Iblis yang diusir dari surga hanya karena merasa
dirinya lebih tinggi dari Nabi Adam. Lantas kita sebagai manusia yang memiliki
akal dan hati, masihkah angkuh terhadap kepintaran yang sifatnya tak abadi?
Proses
pendidikan yang kita jalani setiap hari pada sejatinya bukan untuk dimiliki sendiri.
Sebab ilmu yang telah kita dapatkan wajib kiranya untuk diamalkan serta
diajarkan kepada orang lain. Pendidikan dapat dinyatakan sukses manakala ilmu
yang didapat dapat berguna dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Bukan
sebaliknya, yang pada akhirnya akan menjerumuskan seseorang kepada keburukan.
Selain
itu, masalah serius yang sering kita jumpai yaitu tidak adanya etika dalam
menuntut ilmu. Sebuah pendidikan tanpa adanya etika maka hasilnya akan nihil.
Tidak ada artinya dengan apa yang telah ditempuh selama ini. Seringkali kita
melihat seorang murid yang menduduki meja guru, atau bahkan berperilaku tidak
sopan kepadanya. Hal ini sebenarnya yang akan mengahancurkan pendidikan itu
sendiri. Sebab apa gunanya ilmu yang didapat jika tak beretika. Sebenarnya
tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah terwujudnya manusia yang berkarakter.
Dan berkarakter tersebut di dalamnya menyimpan amanah besar tentang moral yang
harus terjaga demi menghormati hakikat ilmu itu sendiri.
Abu
Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan:
علم
بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد
“Ilmu
tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad
tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’, dinukil dari Min Washaya Al Ulama
liThalabatil Ilmi).
Dari ungkapan tersebut dapat dijabarkan, sebenarnya seseorang yang berilmu tanpa adanya etika seperti api yang padam dengan sendirinya karena tak bermanfaat untuk sekelilingnya. Ini sebenarnya menjadi renungan untuk kita betapa tingginya moral yang disertai dengan pendidikan yang efektif. Hingga pada akhirnya bangsa kita benar-benar menjadi bangsa yang unggul dialam segala peradaban namun tidak melupakan moral yang telah diajarkan oleh para pendahulu bangsa demi cita-cita luhur yang mulia untuk menyongsong Indonesia yang sejahtera dan bermartabat ke depannya.Wallahu A’lam Bishshawab, Bismillah Namsyi Alaa Barakatillah.
-Resky Anggara-
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini