Seseorang dengan strata pendidikan yang tinggi sering kali
menjadi gambaran ideal untuk manusia, beserta karakter dan pembawaan sikap yang
mengikuti. Apabila kita melihat kepada realita, banyak dari mereka yang
berkesempatan mengenyam pendidikan secara luas kemudian pada akhirnya menjadi
sosok dengan intelektualitas dan karakter yang ‘nyaris sempurna’. Namun, apakah
semakin tingginya strata pendidikan seseorang akan selalu menjamin terbentuknya
individu dengan kualitas yang ‘nyaris sempurna’ tersebut? Padahal, tidak semua
orang memiliki keberuntungan untuk mengenyam pendidikan sejauh yang mereka
inginkan.
Pendidikan merupakan salah satu hal krusial dalam
pembentukan karakter, namun definisi pendidikan yang dimaksud dalam hal ini
tidak hanya sebatas pada pendidikan formal. John Stuart Mill, seorang filsuf
Inggris, mengatakan bahwa pendidikan meliputi segala sesuatu yang dikerjakan
seseorang untuk dirinya sendiri atau yang dikerjakan orang lain untuk dirinya
dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada tingkat kesempurnaan. Melalui
pernyataan tersebut, kita menjadi tahu bahwa pendidikan memiliki saluran yang
tak terbatas untuk diraih. Pendidikan dapat diperoleh dimanapun, kapanpun, dan
dari siapapun. Perjalanan lahir menuju mati seseorang tidak pernah lepas dari
serapan pengetahuan, namun, bagaimana seseorang menyikapi pengetahuan tersebut
lah yang menjadikan terlahirnya beragam karakter manusia. Strata pendidikan
formal yang melambung tinggi nyatanya tidak menjadi unsur utama atas karakter
dan intelektualitas seseorang yang ‘nyaris sempurna’ karena definisi pendidikan
tidak sesempit itu.
Tiap individu memiliki caranya masing-masing dalam
pengolahan hal-hal yang ia terima. Ada banyak dari mereka yang menerima secara
utuh, menerima dengan menyaring yang dirasa perlu, atau bahkan mereka yang
menolak dengan keras. Demi menjadi individu dengan karakter yang ‘nyaris
sempurna’, segala pengetahuan yang kita peroleh perlu untuk disaring terlebih
dahulu, dan barulah ditempatkan dalam diri dengan porsi yang tepat. Apabila
ditarik benang merahnya, pendidikan tidak selalu menjamin karakter dan
intelektualitas yang baik pada seseorang, namun, penyikapan seseorang terhadap
pendidikan tersebut lah yang secara mayoritas menjamin karakteristik dan
intelektualitas tersebut. Idealnya manusia akan terus belajar untuk memperbaiki
diri dan memperluas kapasitasnya. Manusia yang tidak pernah lelah akan hal
tersebut semakin memperkaya diri dan secara bertahap semakin dekat pada sosok
dengan karakteristik yang ‘nyaris sempurna’.
-Aqilah Syahidah-
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini