HARKITNAS atau yang biasa kita sebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang selalu diperayakan bangsa indonesia pada 20 Mei sebagai bentuk peringatan bahwa telah berdiri suatu organinasi yang kukuh yaitu Boedi Oetomo.
Hari Kebangkitan Nasional Pertama kali diperingati pada era pemerintahan Presiden Soekarno di Yogyakarta pada 1948. Pada saat peringatan pertama itu kepanitiaannya diketuai oleh Ki Hajar Dewantara. Dalam pidatonya Presiden Soekarno mengimbau pada seluruh rakyat Indonesia yang terpecah oleh kepentingan politik agar bersatu untuk melawan Belanda. Peristiwa tersebut menjadi tonggak yang menyatukan tenaga rakyat dalam entitas sebuah bangsa.
Saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Stadion Utama Senayan, Jakarta, 20 Mei 1964, Soekarno menyinggung soal upaya adu domba dan pemecah belahan sebagai senjata yang paling ampuh untuk menguasai suatu bangsa. Lantas dia membandingkan kondisi bangsa Indonesia saat itu dengan zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
Penduduk Nusantara yang menjadi cikal bakal bangsa Indonesia, kata Soekarno, merasa menjadi satu bangsa yang tidak terbagi-bagi. Bangsa Indonesia, dari pulau yang barat sampai ke pulau yang paling timur adalah satu negara, satu bangsa yang tidak bisa dibagi-bagi.
"Tetapi kemudian imperialisme memecah belah kita, kita diadu domba satu sama lain. Orang Jawa dibikin benci kepada orang Sumatera. Orang Sumatera dibikin benci kepada orang Jawa. Orang Jawa dibikin benci kepada orang Sulawesi. Orang Sulawesi dibikin benci sama orang Jawa... Dan ini salah satu senjata yang immateriil," tutur Soekarno seperti dikutip dari kumpulan naskah pidato berjudul 'Bung Karno: Setialah Kepada Sumbermu'.
Pada pidato 20 Mei 1963 di alun-alun kota Bandung, Soekarno menegaskan bahwa persatuan dan kesatuan merupakan satu-satunya cara agar bangsa Indonesia lepas dari penghinaan serta penindasan oleh bangsa lain.
Soekarno juga menyampaikan bahwa Boedi Oetomo merupakan tonggak pergerakan nasional.
Pada 20 Mei 1908, Boedi Oetomo didirikan oleh sejumlah mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), yaitu Soetomo, Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, R. Angka Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, R. Mas Goembrek, Soeradji Tirtonegoro, dan Soewarno. STOVIA adalah sekolah khusus pendidikan dokter pribumi di Batavia pada masa penjajahan Belanda.
Gagasan Soetomo mendirikan organisasi ini terinspirasi dari dokter Wahidin Sudirohusodo, yang ingin meningkatkan martabat rakyat dan bangsa. Latar belakang berdirinya Boedi Oetomo bertopang pada kesadaran para mahasiswa akan masa depan Indonesia yang bergantung di tangan mereka.
Tahun ini, 20 mei 2019 tepat ke-111 tahun peringatan Hari kebangkitan Nasional yang mana banyak sekali harapan-harapan bangsa. Maka dari itu, setelah seratus sebelas tahun perayaan kebangkitan nasional ini. Diharapkan banyaknya kesadaran-kesadaran positif dari pada generasi-generasi penerus bangsa khususnya para mahasiswa yang mana merupakan cikal bakal atas masa depan bangsa indonesia menuju negara yang jauh dari kata perpecahan dan pertikaian antar suku ,ras dan agama. Karena sesuai dengan ideologi pancasila, dengan semboyan BHINEKA TUNGGAL IKA.
Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2019!
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini