Acapkali aku melintas di sudut kampus,maka banyak banner yang terpampang jelas mengungkapkan "UNJ Darurat Rektor". Ya,seruan tersebut seakan tak pernah sirna berkumandang hingga akhirnya UNJ mendapat seorang pemimpin yang baru. Pasca diberhentikannya Prof.Dr.Djaali karena berbagai kasus yang menderanya.
Sistematika dalam pemilihan seorang rektor saat ini dirasa belum kondusif.Dimana 65% suara didapat dari senat. Sementara 35% diraih dari suara Kementrian. Padahal,yang merasakan langsung dari kepemimpinan seorang rektor ialah mahasiswa. Namun anehnya mahasiswa tidak dilibatkan dalam pemilihan rektor ini.
Hal inilah yang akan menimbulkan seringnya nepotisme dari kalangan tertentu untuk memperoleh jabatan tertinggi di jajaran akademisi. Walaupun kita tak boleh langsung memvonisnya. Namun sebagai miniatur demokrasi dalam sebuah negara,tentunya pemilihan rektor secara perwakilan akan banyak menimbulkan kontra. Terutama dari kalangan mahasiswa.
Cerdas dan banyak gelar pun tak menjadi jaminan seorang rektor yang terpilih pada nantinya akan banyak berkontribusi. Karena realitanya,di negeri ini banyak orang pandai dengan berbagai macam gelar dan prestasi. Namun itu semua hanya dijadikan ajang untuk meraih reputasi dan visi secara pribadi
Satu hal yang sangat diutamakan dalam mencari rektor sejati. Sifat utama yang wajib ada dalam dirinya ialah amanah. Ia mampu melakukan semua tugas dengan penuh tanggung jawab. Dan amanah mampu dicapai seseorang tatkala ia jujur terhadap apa yang dikatakan dan dilakukannya.
Rasulullah SAW pun telah diakui sebagai pemimpin nomor satu di dunia.Tak ada yang mampu menandinginya.Bukan hanya karena beliau cerdas. Namun beliau dikenal karena merupakan sosok pemimpin yang jujur dan amanah. Oleh sebab itulah beliau dikenal dengan sebutan "Al-Amin".
Di tangan rektor lah sebuah kampus ditentukan. Apakah akan menjadi maju,atau justru akan mundur satu per satu. Disinilah peran seorang rektor sangat vital. Bagaimana ia mampu merangkul semua kalangan,terutama mahasiswa untuk bahu-membahu membangun kampus menjadi maju. Bukan malah sebaliknya. Ia hanya sibuk dengan golongannya semata dalam mencari kesenangan yang bersifat sementara.
Perlunya sosok rektor yang tidak egois pun turut diperhatikan dalam mencari sosok pemimpin baru.Ia akan membuka hati dan pikirannya untuk dikritik oleh semua pihak untuk kebaikan kampus ke depannya.Maka jika semua ini saja bisa kita temukan dalam diri seorang calon rektor,tak dapat dipungkiri sebuah kampus akan mencapai tingkat keemasannya.Bismillah Namsyi Alaa Barakatillah.Alaa Bidzikrillahi Tathmainnul Qulub.
- Resky Anggara -
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini