Kebangkitan Nasional pada 1908 pada hakekatnya adalah era bangkitnya rasa dan semangat persatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan cita-cita bangsa.
Era ini ditandai dengan peristiwa penting yaitu berdirinya pergerakan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Kini untuk mewujudkan kebangkitan nasional kedua, cara yang paling esensial dengan membangkitkan sumber daya manusia (SDM) di pedesaan melalui proses pendidikan yang progresif sesuai tantangan globalisasi.
Hal tersebut dikatakan pendiri lembaga pelayanan jasa dan konsultasi pendidikan internasional Euro Management Indonesia Bimo Sasongko dalam keterangan persnya, Jumat (19/5/2017) di Jakarta.
Menurut dia, membangkitkan SDM unggul di pedesaan, khususnya daerah terpencil atau kabupaten yang masih terbelakang, membutukan terobosan lewat pendidikan yang lebih berkualitas. Terutama pendidikan vokasi yang sesuai dengan tipologi daerah. Mencetak ilmuwan yang berbasis perdesaan sejak usia belia atau lulusan SMA/SMK.
Dikatakan, langkah untuk mencetak ilmuwan berbasis perdesaan telah dicontohkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni menginstruksikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti agar membuat program pengiriman para lulusan SMK kejuruan perikanan dari daerah terpencil untuk kuliah di luar negeri.
Seperti belajar di Jepang guna mendalami teknologi budidaya mutiara dan proses nilai tambahnya. Terobosan memberikan beasiswa ikatan dinas bagi siswa berprestasi dari sekolah menengah untuk belajar di luar negeri patut diapresiasi dan diperbanyak.
“Peringatan Harkitnas ke-109 hendaknya bisa mencerahkan publik tentang tahapan atau milestone kebangkitan nasional yang kedua bagi bangsa. Ini bisa terwujud dengan cepat berkat adanya bonus demografi yang dipersiapkan dengan baik,” ujar Bimo.
Bonus Demografi
Bonus demografi tersebut berupa struktur kependudukan yang potensial dan bisa didayagunakan negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya.
Bimo menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 mendatang mencapai 305,6 juta jiwa.
Jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk pada 2030 tersebut menjadikan Indonesia negara kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Idealnya, tambah Bimo, era tersebut menjadi momentum kebangkitan nasional kedua. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia tersebut dibarengi dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun).
Pada 2010, proporsi penduduk usia produktif sebesar 66,5 persen. Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031.
Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan menurunnya angka ketergantungan, yaitu jumlah penduduk usia tidak produktif yang ditanggung oleh 100 orang penduduk usia produktif dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 46,9 persen pada periode 2028-2031. Tetapi, angka ketergantungan ini mulai naik kembali menjadi 47,3 persen pada tahun 2030.
“Kontribusi penduduk berusia produktif menyebabkan peningkatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia dengan catatan adanya peningkatan kompetensi tenaga kerja dan semakin banyaknya SDM yang berkelas dunia.”
Kami Segenap Keluarga BEM Prodi Akuntansi FE UNJ mengucapkan
SELAMAT MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL!
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini